Ketua UNHCR Terkejut Ketika Kunjungi Pelarian Rohingya, Apa Sebab? infomalay12.blogspot.com

24/9/17

Kondisi di salah satu kamp sementara yang menampung pengungsi Rohingya di Kutupalong, Bangladesh (Foto: Danish Siddiqui/Reuters) 
 Kondisi di salah satu kem sementara yang menampung pelarian Rohingya di Kutupalong, Bangladesh (Foto: Danish Siddiqui/Reuters)
 
KUTUPALONG – Filippo Grandi, Ketua badan urusan pelarian PBB (UNHCR), mengaku terkejut ketika berkunjung ke kem pelarian   etnik Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, pada Sabtu 23 September. Ia terkejut kerana adanya "kekerasan mengerikan" terhadap pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar.

Sebagaimana diketahui, lebih dari 420.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Ogos, ketika para gerilawan melakukan serangan terhadap pos-pos  polis  dan tentera di Rakhine. Serangan tersebut memicu tindakan keras Myanmar yang oleh PBB dianggap sebagai tindakan pemusnahan etnik.

Filippo Grandi mengatakan bahwa penderitaan mereka akan bertahan lebih lama dari pada waktu yang diperlukan untuk memenuhi keperluan dasar mereka. Ia juga mendakwa bahwa pengungsi Rohingya telah menceritakan kisah mereka kepadanya. 

"Saya benar-benar terpukul oleh ketakutan yang menghantui mereka dan apa yang telah mereka lalui," katanya, pada Ahad  (24/9/2017). Grandi mengunjungi tempat di mana para pengungsi tinggal di bawah ribuan kain terpal yang didirikan di daerah perbukitan dan sawah. 

"Orangtua mereka meninggal, keluarga terpisah, beberapa alami luka, perkosaan dilakukan terhadap wanita. Ada banyak kekerasan mengerikan terjadi dan akan memakan waktu lama bagi mereka untuk pulih, lebih lama dari proses pemberian bantuan untuk memenuhi keperluan dasar mereka," kata Grandi. 

Kecepatan dan besarnya arus pengungsi dari Myanmar telah menyebabkan ratusan ribu orang hidup dalam kondisi menyedihkan, dan PBB serta badan-badan bantuan berusaha memberikan mereka bantuan tempat berlindung, bahan makanan dan mencegah penyebaran wabak penyakit. 

Seorang pegawai tinggi PBB mengatakan pada Jumaat 22 September bahwa diperlukan dana sekitar 200 juta dolar AS untuk membantu pengungsi di Bangladesh selama enam bulan. Ketegangan antara masyarakat di Rakhine telah berlangsung selama beberapa dasawarsa dan pecah menjadi kekerasan dalam beberapa tahun belakangan. 

Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International mengatakan pada Jumaat bahwa sebuah gambar satelit terkini dan video menunjukkan asap tebal masih membumbung dari desa-desa di negara  Rakhine.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :