Sabtu, 30 September 2017
Peluru berpandu Korea Utara. (Foto: Reuters)
PYONGYANG – Ketegangan di Semenanjung Korea ketika ini semakin meningkat. Hal ini terjadi kerana Korea Utara tak berhenti melakukan uji cuba pelancaran peluru berpandu di wilayah tersebut.
Meski telah mendapat sanksi, Korea Utara nyatanya tak berhenti melakukan pengembangan peluru berpandu . Sebagaimana diberitakan Reuters, Sabtu (30/9/2017), Korea Utara baru-baru ini terlihat memindahkan beberapa peluru berpandunya dari sebuah fasiliti penelitian dan pengembangan peluru berpandu di Pyongyang.
Aktiviti tak lazim ini diberitakan oleh salah satu stesyen televisyen Korea Selatan , Korean Broadcasting System (KBS) pada Jumaat 29 September malam waktu setempat. Tindakan ini terjadi di tengah spekulasi bahwa rezim Kim Jong-un sedang bersiap melakukan tindakan yang lebih provokatif. Hal ini menyusul hubungan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan Presiden Amerika Syarikat, Donald Trump, yang terus memanas.
Laporan tersebut didapat KBS dari sumber intelijen yang tak disebutkan namanya. Sumber tersebut mengatakan bahwa pegawai intelijen Korea Selatan dan AS mendeteksi adanya peluru berpandu yang dikirim dari Sanum-dong, bahagian utara Pyongyang.
Namun, tak diketahui bila pemindahan itu terjadi. Pihak intelijen juga tak dapat memastikan ke wilayah mana peluru berpandu tersebut akan dipindahkan.
Meski Sanum-dong telah didedikasikan untuk memproduksi peluru berpandu balistik antara benua, pihak intelijen tak dapat memastikan jenis peluru berpandu tersebut. Peluru berpandu yang dipindahkan boleh saja merupakan peluru berpandu jarak menengah Hwasong 12 atau bahkan peluru berpandu antara benua Hwasong 14.
Salah seorang sumber dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga mengaku tidak dapat mengesahkan lebih terperinci laporan tersebut. Mereka tak dapat memastikan kegiatan yang akan dilakukan Pyongyang setelah memindahkan dapat tersebut.
Namun, salah seorang pegawai Korea Selatan memperkirakan Korea Utara boleh saja melakukan tindakan provokasi dalam waktu terdekat. Pasalnya, pada pertengahan Oktober, terdapat beberapa peringatan penting di Korea Utara dan China.
Pada 10 Oktober, parti komunis Korea Utara , yakni Parti Pekerja Korea, akan merayakan hari lahirnya. Sementara pada 18 Oktober, China akan mengadakan Kongres Komunis China.
Meski menjadi sekutu Korea Utara, hubungan China dengan Pyongyang diketahui agak renggang akhir-akhir ini. Terutama setelah Negera Tirai Bambu memutuskan untuk membatasi perdagangan minyak dan menghentikan perdagangan tekstil ke Korea Utara . Keputusan yang disampaikan pada Sabtu 23 September itu akan mulai diberlakukan pada awal Oktober